Ekstrapulmoner Tuberkulosis: Lebih dari Sekedar Batuk
Tuberkulosis (TB) umumnya dikenal sebagai penyakit yang menyerang paru-paru. Namun, bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TB juga dapat menginfeksi organ tubuh lainnya, yang dikenal sebagai ekstrapulmoner tuberkulosis (EPTB). Meskipun lebih jarang daripada TB paru, EPTB dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat.
<h3>Apa Itu Ekstrapulmoner Tuberkulosis?</h3>
EPTB terjadi ketika bakteri TB menyebar dari paru-paru ke organ lain melalui aliran darah. Organ yang paling sering terkena EPTB meliputi:
- Kelenjar getah bening: Kelenjar getah bening yang membengkak dan nyeri, terutama di leher, adalah gejala umum EPTB.
- Pleura: Membran tipis yang melapisi paru-paru dan rongga dada dapat terinfeksi, menyebabkan nyeri dada dan kesulitan bernapas.
- Ginjal: TB ginjal dapat menyebabkan nyeri punggung, darah dalam urine, dan demam.
- Otak dan tulang belakang: Meningitis tuberkulosis, infeksi pada selaput otak, dapat menyebabkan sakit kepala hebat, kaku leher, dan gangguan kesadaran.
- Tulang: TB tulang dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada tulang yang terkena.
- Perut: Infeksi pada perut dapat menyebabkan nyeri perut, muntah, dan diare.
<h3>Gejala Ekstrapulmoner Tuberkulosis</h3>
Gejala EPTB dapat bervariasi tergantung pada organ yang terinfeksi. Namun, gejala umum yang dapat terjadi meliputi:
- Demam: Demam tinggi yang berlangsung lama
- Penurunan berat badan: Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Kelelahan: Rasa lelah dan lemah yang terus-menerus
- Berkeringat malam: Berkeringat berlebihan saat tidur
- Batuk: Batuk kering atau berdahak
- Nyeri: Nyeri pada organ yang terinfeksi
- Pembesaran kelenjar getah bening: Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher
- Gangguan fungsi organ: Gangguan fungsi organ yang terinfeksi, seperti gangguan pernapasan, masalah pencernaan, atau kesulitan buang air kecil.
<h3>Diagnosis Ekstrapulmoner Tuberkulosis</h3>
Diagnosis EPTB dapat sulit karena gejalanya yang beragam dan sering kali tidak spesifik. Pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes laboratorium membantu menentukan diagnosis. Tes yang biasa digunakan meliputi:
- Tes darah: Tes darah untuk mencari antibodi terhadap bakteri TB
- Kultur dahak: Kultur dahak untuk mendeteksi bakteri TB
- Biopsi: Biopsi jaringan dari organ yang terinfeksi untuk mengidentifikasi bakteri TB
- Rontgen dada: Rontgen dada dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi pada paru-paru
- CT scan: CT scan dapat memberikan gambar yang lebih detail dari organ yang terinfeksi
<h3>Pengobatan Ekstrapulmoner Tuberkulosis</h3>
EPTB dapat diobati dengan kombinasi obat antituberkulosis yang diberikan selama beberapa bulan. Durasi pengobatan bervariasi tergantung pada jenis dan keparahan EPTB. Pasien harus mengikuti dengan cermat instruksi dokter dan menyelesaikan pengobatan sesuai jadwal.
<h3>Pencegahan Ekstrapulmoner Tuberkulosis</h3>
Pencegahan EPTB sama dengan pencegahan TB paru, yaitu:
- Vaksinasi BCG: Vaksin BCG dapat mengurangi risiko TB, termasuk EPTB.
- Pengobatan TB yang tepat: Pengobatan TB yang tepat dan komprehensif dapat mencegah penyebaran bakteri TB dan EPTB.
- Peningkatan imunitas: Pola hidup sehat dengan nutrisi yang baik dan olahraga teratur dapat meningkatkan imun tubuh dan mengurangi risiko infeksi TB.
- Hindari kontak dengan penderita TB: Hindari kontak dekat dengan penderita TB untuk mengurangi risiko penularan.
<h3>Catatan</h3>
Jika Anda mengalami gejala EPTB, segera konsultasikan dengan dokter. Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan peluang kesembuhan.